Kamis, 31 Desember 2009

Saya Ingin Pakai Kerudung Sepertimu

Comments

Seperti lazimnya, Ramadhan lalu menyaksikan gemerlapan dengan lampu pada malam hari. Jumlah pengunjung ke bazar melimpah ruah terutama sekali pada ujung minggu.

Teman saya kegirangan. Dengan kebaya pendek bersulam warna putih yang dibekali khusus untuk ke bazar, dia tertarik dengan keadaan hirup-pikuk yang bermandikan cahaya.

“Saya beli di pasar Geylang pada pagi hari,” Teresa Conrad bercerita ketika saya bertanya tentang bajunya. Walaupun bukan Muslimah, dia mau menghormati budaya serta agama kita bila ke tempat ‘orang Melayu’.

Sebagai rakyat Amerika berasal dari Hongkong, Teresa belum pernah merasai suasana Ramadhan di Singapura. Ibu dan kakaknya yang baru sampai dari Hongkong diajak bersama.

Mereka memastikan pakaian mereka tidak menyolok mata. Lucu bila saya coba berkomunikasi dengan ibu serta kakaknya. Macam ayam dengan itik.

Allison, anak gadis Teresa yang tertarik dengan hiasan lampu lap-lip, membeli lampu berbentuk bulan dan bintang untuk menghias rumah mereka.

Pada waktu yang sama, saya melihat beberapa orang pemuda-pemudi Melayu yang berpakaian tak senonoh. Kelakuan mereka begitu memalukan.

Betapa ironisnya, ketika bangsa lain mau menjaga perasaan kita sebagai orang Islam, bangsa sendiri yang mencemari nama Islam.
***
Saya teringat pada satu adegan yang saya lihat di kereta. Seorang wanita berkerudung yang saya kenali menghulurkan pipinya untuk dicium seorang lelaki asing.

Perempuan itu sudah bersuami dan saya kenal suaminya?
Dalam keadaan terperanjat, saya terkaku sebentar. Wanita itu berpaling dan melihat saya. Dengan tangkas dia berkata: “Aku sudah bercerai.”

Saya hanya berdiam diri. Dengan keadaan diri yang berpuasa, saya hanya beristighfar dalam hati. Setelah duduk bersama dalam kereta, wanita itu berkata sekali lagi: “aku sudah lama bercerai”

Sekali lagi saya matikan diri. Tiada kata-kata yang keluar dari mulut saya. Bila wanita itu sekali lagi menegaskan bahwa dia sudah berpisah dengan suaminya, saya akhirnya bertanya apakah lelaki asing tadi adalah suami barunya.

“Tidak. Aku tak akan kawin dengan dia, dia bukan Islam,” jawabnya mudah. “Jadi, apakah yang kau buat itu betul?”

Dengan tersipu, dia mengaku dia berbuat dosa. Yang jelas, dia tak malu melakukan perkara tersebut, tapi dia malu karena saya melihat perbuatannya tadi!

Mungkin manusia lupa bahwa sebagai hamba, kita tidak diadili manusia tapi oleh yang Maha Kuasa. Dia yang melihat segalanya.

Memang kita disuruh memperbanyak beribadah dalam bulan ramadhan, tetapi adab beribadah juga harus dijaga.

Apa perasaan anda jika melihat seorang wanita islam memakai rok pendek dan pakaian seksi duduk sambil mengaji dengan Al-Qur’an ditangan?
Mengapa dia tak menghormati Al-Qur’an dengan berpakaian sewajarnya??

Pernah dulu, wanita yang sama bercerita tentang pengalamannya ke tanah perkuburan pada Hari Raya pertama.

“Tak senonoh pakaian orang pergi menziarah kubur, seperti akan ke pesta! Kalau aku pergi ke kubur, mesti pakai senonoh,” menurut wanita itu.

Dalam hati saya tertanya pula, hanya ke kubur saja mau pakai senonoh? Antara etika dengan niat, saya pun jadi bingung.

Baru saja saya menerima panggilan dari Teresa. Mereka sekeluarga ingin melawat keluarga saya dalam rangka lebaran. Pada masa yang sama, Teresa ada suatu permintaan.

“Saya mau coba pakai kerudung,” terpaksa Teresa ulangi permintaannya karena saya ragu dengan apa yang didengar.

“Untuk apa?” saya ingin tahu. “Ingin merasakan apa yang kamu rasakan. Lain.” Permintaan Teresa membuat saya berfikir. Saya tahu dia benar-benar mau melihat dirinya yang berkerudung di cermin. Sekedar satu fashion untuk dicoba. Saya tersenyum sendiri. Seorang asing ingin merasa ‘nikmat’ berkerudung, sementara orang Islam sendiri seolah-olah mengejek dan ‘mempersendakan’ hijab di kepala.

Al-Hadid : 16, berbunyi, : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Mutiara Amaly